Beranda | Artikel
Tafsir Surah Al-Fiil sampai Surat An-Naas
Minggu, 10 Februari 2019

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Tafsir Surah Al-Fiil sampai Surat An-Naas adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab الدروس المهمة لعامة الأمة  (pelajaran-pelajaran penting untuk segenap umat). Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 27 Jumadal Awwal 1440 H / 03 Februari 2019 M.

Download kajian sebelumnya: Tafsir Surat Al-Qariah sampai Surat Al-Humazah

Status Program Kajian Tentang Pelajaran Penting untuk Umat

Status program Kajian Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap ahad & senin pukul 17.00 - 18.00 WIB.

Kajian Ilmiah Tentang Tafsir Surah Al-Fiil sampai Surat An-Naas

Tafsir Surah Al-Fiil

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ ﴿١﴾ أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ ﴿٢﴾ وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ ﴿٣﴾ تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ ﴿٤﴾ فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ ﴿٥﴾

Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala memperlakukan mereka yang membawa gajah-gajah yang besar? Tidakkah memperhatikan bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan usaha mereka tersebut sia-sia? Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus kepada mereka burung-burung ababil. Yang mereka dilempar dengan batu-batu yang sangat panas. Yang menjadikan mereka bagaikan daun-daun yang dimakan oleh ulat.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ ﴿١﴾

 Tidakkah engkau memperhatikan? Maksudnya adalah tidakkah engkau memperhatikan wahai Nabi? Bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala memperlakukan Abrahah dan bala tentaranya yang mereka membawa gajah-gajah? Mereka datang ke Ka’bah untuk menghancurkan Ka’bah tersebut.

أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ ﴿٢﴾

Tidakkah engkau memperhatikan wahai Nabi? Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan tipu daya mereka tersebut untuk menghancurkan Baitullah, dalam keadaan sia-sia belaka. Mereka berada didalam kesengsaraan. Dan mereka tidaklah memberikan makar dan tipu daya tersebut kecuali kerugiannya kembali kepada mereka.

وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ ﴿٣﴾

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus kepada mereka burung-burung Ababil. Yaitu kelompok burung yang saling ikut-mengikuti. Abrahah tersebut datang dengan membawa gajah-gajah yang begitu banyak dan begitu besar karena gajah tersebut merupakan hewan yang paling besar. Dalam anggapan mereka, tidak ada yang bisa menghalangi mereka untuk menghancurkan rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ ﴿٤﴾

Maka Allah mengutus burung untuk mereka. Burung yang sangat kecil yang membawa batu-batu kecil yang mereka bawa di kaki kaki mereka. Kemudian mereka dilempar oleh batu-batu yang sangat panas. Batu yang terbuat dari tanah yang memerah karena saking panasnya. Kemudian dilemparkan dari atas. Dan tidaklah batu tersebut mengenai salah satu diantara mereka kecuali mereka akan celaka dengan kecelakaan yang sangat buruk.

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ ﴿٥﴾

Kemudian mereka yang datang untuk menghancurkan rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah jadikan mereka itu ibarat daun-daun yang dimakan oleh ulat-ulat kecil. Dan ini merupakan diantara tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bagaimana besar qudrat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan seorang hamba, bagaimanapun kuat tipu dayanya, bagaimanapun ingin menghancurkan, bermusuhan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka akhir dari semua tersebut adalah kerugian di dunia dan di akhirat.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dilahirkan pada tahun ini. Yang dikenal dengan tahun gajah. Pada tahun ini terjadi peristiwa yang sangat besar. Dan ini merupakan diantara salah satu bentuk tanda-tanda diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Tafsir Surat Al-Quraisy

لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ ﴿١﴾ إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ ﴿٢﴾ فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَـٰذَا الْبَيْتِ ﴿٣﴾ الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ ﴿٤﴾

Merupakan kebiasaan orang-orang Quraisy, yang mereka melakukan perjalanan dimusim dingin dan dimusim panas. Maka hendaklah mereka beribadah kepada Rabb rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberikan kepada mereka makan dan memberikan kepada mereka keamanan.

Kebanyakan para ulama, mereka mengatakan bahwa kalimat Jar dan Majrur di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ yaitu bergantung dengan surat yang sebelumnya (Al-Fiil). Karena sesungguhnya kehancuran Abrahah dan tentaranya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kesempurnaan kekuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menghancurkan musuh-musuhNya.

Sehingga Quraisy, setelah kejadian tersebut mereka mempunyai wibawa terhadap orang-orang lain atau terhadap suku-suku lain. Mereka merasa tenang berada di daerahnya, mereka merasa tenang ketika mereka melakukan perjalanan untuk melakukan perdagangan, baik itu dimusim panas ataupun dimusim dingin.

إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ ﴿٢﴾

Maksudnya ketika mereka harus mengingat terhadap nikmat kelapangan, kenyamanan, yang telah diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan bahwa sesungguhnya perjalanan perdagangan mereka, mereka aman melakukan perdagangan dimusim dingin ke daerah Yaman. Dan begitu juga ketika mereka melakukan perdagangan dimusim panas ke daerah Syam.

Mereka pulang dan mereka pergi dalam keadaan aman. Dan ini merupakan nikmat yang wajib disyukuri dan harus ikhlas beribadah untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَـٰذَا الْبَيْتِ ﴿٣﴾

Hendaklah mereka menyembah Rabb rumah ini. Yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengikhlaskan ibadah hanya semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, untukNya lah ibadah. Ikhlas kepadaNya dalam segala perbuatan, jangan menjadikan bagiNya sekutu-sekutu, dan jangan menjadikan untukNya tandingan-tandingan.

الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ ﴿٤﴾

Allah yang telah memberikan kepada mereka makanan, menjaga mereka dan telah memberikan kepada mereka keamanan. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuliakan mereka dengan keamanan. Dan ini merupakan nikmat aman, nikmat makanan, yang wajib disyukuri dan mengikhlaskan agama ini hanya untukNya dan mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala didalam beribadah kepadaNya.

Tafsir Surat Al-Ma’un

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ ﴿١﴾ فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ ﴿٢﴾ وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ ﴿٣﴾ فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ ﴿٤﴾ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ﴿٥﴾ الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ ﴿٦﴾ وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ ﴿٧﴾

Tidakkah engkau memperhatikan wahai Nabi mereka yang mendustakan agama? Dan mereka itulah yang menyia-nyiakan anak yatim. Kemudian tidak memberikan motivasi orang lain untuk memberikan makan terhadap orang-orang miskin. Maka celakalah untuk orang-orang yang shalat, yaitu mereka-mereka yang lalai dari shalatnya. Dan mereka-mereka yang berlaku riya’ dan mereka yang melarang untuk memberikan barang-barang yang bermanfaat.

أَرَأَيْتَ

Tidakkah memperhatikan wahai Nabi?

Ini merupakan tanda tanya dan ta’ajjub dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ ﴿١﴾

Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang telah mendustakan agama? Mereka yang mendustakan hari pembalasan, mereka yang mendustakan hisab dan berdiri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mereka mendustakan agama, yaitu syariat-syariat yang telah dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, hanya mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengikhlaskan ibadah ini hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.

فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ ﴿٢﴾

Mereka itu yang tidak memberikan atau meninggalkan anak yatim dan tidak memberikan motivasi untuk memberikan makan orang miskin. Dan ini adalah buah dari kedustaan mereka terhadap agama. Mereka mempunyai sifat tersebut. Yaitu mereka menyia-nyiakan anak yatim, mereka meninggalkan anak yatim, mereka menolak anak-anak yatim tersebut dan bermuamalah dengan mereka dengan muamalah yang sangat keras, tidak ada rahmatnya.

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ ﴿٣﴾

Dan begitu juga ketika mereka tidak bisa memberikan makanan terhadap orang-orang miskin, mereka tidak bisa berinfak memberikan sebagian harta, mereka pun tidak mungkin memberikan motivasi kepada orang lain untuk memberikan makanan terhadap orang-orang miskin tersebut.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ ﴿٤﴾ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ﴿٥﴾

Maka celakalah bagi mereka yang melaksanakan shalat. Yaitu mereka yang lalai dari shalatnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan sifat ini. Bahwa mereka itu adalah orang-orang yang melaksanakan ibadah shalat dan mereka tidak meninggalkan shalat. Akan tetapi mereka lupa dari shalatnya, mereka melalaikan waktunya, mereka tidak memperhatikan syarat-syarat dan rukunnya, serta kewajiban-kewajiban yang ada didalam shalat tersebut.

Di sini ada perbedaan antara lupa dari shalat dan lupa ketika berada di dalam shalat. Karena lupa ketika berada di dalam shalat, ini semua manusia pernah terjatuh didalamnya. Dan ini bisa diganti dengan sujud sahwi. Akan tetapi musibah yang terbesar tersebut adalah lupa untuk melakukan shalat, lalai atau menyia-nyiakan waktunya atau syaratnya atau rukun-rukunnya, yang mana tidak ada yang lebih besar daripada shalat tersebut.

الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ ﴿٦﴾

Yaitu mereka yang melakukan perbuatan riya’ dengan amalan dan shalatnya hanya ingin dilihat oleh manusia. Sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّي فَيُزَيِّنُ صَلَاتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

“Ada sebagian kalian yang berdiri untuk melaksanakan shalat, kemudian mereka memperindah shalatnya ketika ada orang lain melihat gerakan shalatnya tersebut.” (HR. Ahmad)

وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ ﴿٧﴾

Yaitu mereka tidak mau memberikan barang-barang yang bisa diberikan manfaat. Karena saking kikirnya mereka. Mereka melarang tidak memberikan manfaat kepada yang lain, sesuatu yang bisa dipinjam dalam waktu yang yang tidak seberapa lama untuk bisa dimanfaatkan. Seperti misalnya ada periuk atau ada alat-alat atau jarum yang biasanya sebagian tetangga meminjam kepada tetangga yang lain, tetapi mereka tidak mau memberikannya.

Tafsir Surat Al-Kautsar

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ ﴿١﴾ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ﴿٢﴾ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ ﴿٣﴾

Sesungguhnya Kami memberikan kepadamu wahai Muhammad, Al-Kautsar. Maka shalatlah dan berkorbanlah untuk Rabbmu. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

Dalam surat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan karunia terhadap Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepadanya Al-Kautsar.

Kautsar tersebut adalah kebaikan yang sangat besar dan kemuliaan yang sangat agung. Dan diantara kemuliaan dan kebaikan yang sangat besar tersebut yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah sungai yang mana sungai tersebut diberikan oleh Allah untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di hari akhirat kelak.

Dan begitu juga dengan yang dinamakan dengan Al-Haudh. Yaitu telaga yang diberikan oleh Allah untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

فَصَلِّ لِرَبِّكَ

Maka shalatlah untuk Rabbmu. Yaitu bersyukur untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap karunia dan pemberian yang sangat besar.

وَانْحَرْ

Yaitu ketika menyembelih hanya ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana yang dikatakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam firmanNya yang lain:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّـهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لَا شَرِيكَ لَهُ

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Yang tiada sekutu untuknya.” (QS. Al-An’am[6]: 163)

إِنَّ شَانِئَكَ

Sesungguhnya musuh-musuhmu. Yaitu mereka yang bermusuhan dengan Rasulullah atau yang memusuhi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan yang membenci Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

هُوَ الْأَبْتَرُ

Yaitu yang terputus dari seluruh kebaikan. Yaitu terputus, mereka tidak diingat kecuali dengan yang buruk dan dengan yang jelek-jelek saja.

Simak penjelasannya pada menit ke-21:51

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Tafsir Surah Al-Fiil sampai Surat An-Naas


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46586-tafsir-surah-al-fiil-sampai-surat-an-naas/